ADA BUKU YANG DIBACA, ADA BUKU YANG GA DIBACA
Walaupun tragis, begitulah faktanya. Ada buku yang dibaca. Ada buku yang ga dibaca. Padahal, sebuah buku adalah hasil pemikiran dan pekerjaan banyak orang.
Seandainya punya mulut, bisa jadi buku yang ga dibaca akan marah-marah. Dia akan mempertanyakan kenapa dilahirkan ke bumi, kenapa diambil dari tempat nyamannya di sebuah toko buku untuk pindah ke rakmu yang berdebu, kenapa dia dicuekin, kenapa dia dijadikan mainan kapal-kapalan.
Ibarat cewek, bisa jadi buku yang ga dibaca akan iri dan cemburu pada buku yang dibaca. Sayangnya dia bukan cewek. Dia cuma buku yang ga bisa berdandan dan merayu buat menarik perhatian calon pembaca. Dia hanya menyesali kenapa sang pencipta tidak membuatnya sungguh amat sangat baik sehingga menjadi rebutan bacaan di sana-sini.
Buku yang kebetulan menjadi milikmu –bisa jadi diberikan oleh seseorang yang tidak mengerti selera bacaanmu—akan selalu menyimpan rindu dendam kepada pemiliknya. Rindu untuk dibaca dan dendam memikirkan bagaimana caranya supaya bisa dibaca.
Sampai saat ini, saya pun tidak tahu harus bagaimana terhadap buku yang kebetulan menjadi milik saya, tetapi tidak sesuai selera saya.
Kurang menarik untuk dibaca. Tapi, saya enggan membuang. Dan bingung mau diberikan kepada siapa yang sekiranya bermanfaat. Sementara ini, biarlah tumpukan buku yang tidak saya baca indekos di rumah saya untuk jangka waktu yang tidak pasti.
Semarang, 23 Juli 2024
Komentar
Posting Komentar