KECELAKAAN DI RUMAH
Ketika sedang asyiknya berburu bubur kacang tanah di daerah Tanah Mas, tiba-tiba masuk WA dari adik suami. Tidak biasanya dia mengirim WA. Isi WA sontak membuat suami terkejut.
Si Centil itu mengabarkan kalau siang tadi Ibu terjatuh dari tangga lantai 3 dan mengglundung sampai ke tangga lantai 2. Walau raut wajah suamiku cukup tenang, tapi berbagai alternatif sebab-akibat dan perihal siapa yang salah terpampang jelas.
Sedangkan dalam pikirku tak menyalahkan siapa pun. Wajar saja musibah itu terjadi karena tangga di rumah berlantai 4 itu belum diberi pegangan sebagai pengaman. Apalagi di pinggir anak tangga sering dipakai adik-adik yang malas untuk menaruh barang, seperti baju kotor, baju tak terpakai, mangkok, sisa camilan, atau sisir. Alhasil ruang yang bisa diinjak pun menyempit.
Selesai makan bubur kacang tanah, segera kami meluncur ke apotek membeli parasetamol (obat penurun panas), asam mefenamat (obat pengurang rasa nyeri), salep trombopop (obat pengurang bengkak dan memar), dan salep counterpain (obat keseleo). Entah obat mana yang diperlukan Ibu. Tentu saja membawa bubur kacang tanah juga yaaa.
Alhamdulillah setelah mendengar cerita langsung dari ibu dan adik, akibat jatuh tidak terlalu parah. Siang tadi ibu sempat dipijat oleh ibu bidan yang mengerti ilmu urut. Sudah minum jamu buatan sendiri. Tak lupa menempelkan beras kencur di bagian yang nyeri. Tubuh ibu berangsur membaik. Tidak terlihat luka atau memar parah. Hanya wajahnya saja yang menunjukkan lemas dan goncang.
Jadi, kecelakaan itu senantiasa terjadi di mana pun, karena apa pun, kapan pun. Tak bisa diundang dan tak bisa dihindari. Ada yang ceroboh tapi tak pernah sakit. Ada yang sudah berhati-hati tapi malah terserang penyakit, bahkan mati muda.
Ikhtiar itu perlu tapi tak berlebihan dan tetap mengandalkan Tuhan. Percaya Tuhan juga perlu tapi tetap harus berusaha menuju kebaikan.
Semarang, 10 Juni 2020
Komentar
Posting Komentar